Air teh merupakan salah satu minuman
paling populer di Indonesia, bahkan dunia. Konon katanya, tradisi minum
teh sudah dikenal di Cina sejak 3000 tahun sebelum masehi. Namun tahukah
anda bagaimana teh itu diolah dari mulai pucuk yang dipetik di pohon
hingga kemudian tersaji di cangkir anda?
Salah satu tempat yang dapat menambah
pengetahuan anda mengenai teh tersebut adalah Pabrik pengolahan teh
milik PTPN VIII, Ciater, Subang. Sejak beberapa tahun lalu pabrik Ciater
membuka kunjungan wisatawan yang ingin mengetahui tentang pengolahan
teh.
Seorang guide dari perusahaan akan menerangkan secara rinci mulai dari sejarah, hingga tahapan pengolahan teh sampai pengepakan.
Hampir setiap hari, pabrik pengolahan teh yang didirikan sejak tahun 1990 ini banyak di kunjungi wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Setiap bulan jumlah pengunjung ke pabrik tersebut, mencapai lebih dari 300 orang.
Hampir setiap hari, pabrik pengolahan teh yang didirikan sejak tahun 1990 ini banyak di kunjungi wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Setiap bulan jumlah pengunjung ke pabrik tersebut, mencapai lebih dari 300 orang.
Menurut Zaenal, salah satu guide di
sana, para pengunjung yang datang ke pabrik berasal dari latar belakang
yang beragam, mulai dari perorangan, instansi pemerintah, siswa sekolah
dan para mahasiswa.
“Kita sih menerangkannya disesuaikan
dengan latar belakang pengunjung, kalau yang berkunjung siswa SD kita
hanya terangkan bagian yang umum saja. Berbeda kalau yang berkunjung
mahasiswa misalnya, maka kita akan lebih rinci menerangkannya,” kata
Zaenal kepada kotasubang.com, Jumat 8 Nopember 2013.
Turis mancanegara yang banyak berkunjung
ke pabrik Ciater kebanyakan berasal dari Eropa terutama dari Inggris
dan Belanda. Namun belakangan turis dari Arab juga sudah mulai banyak
yang berkunjung ke sana. Banyaknya turis dari Timur Tengah membuat guide
disana sedikit kerepotan karena masalah bahasa. Para guide yang ada di
sana hanya menguasai bahasa Inggris, dan turis Timur Tengah biasanya
kurang menguasai bahasa Inggris.
“Kalau ada turis Arab, rada susah.
Mereka tidak mengerti bahasa Inggris dan saya juga tidak bisa bahasa
Arab,” kata Zaenal ketika menjadi guide 2 turis Arab tadi pagi.
Beruntunglah 2 turis Arab tersebut ditemani Maya, teman/saudaranya yang
berasal dari Jakarta, sehingga penjelasan Zaenal diterjemahkan Maya
kepada kedua temannya. Maya sengaja mengunjungi pabrik teh, karena
penasaran dengan proses pengolahan teh.
“Saya ke sini pengen tahu aja pengolahan teh itu gimana. Sekalian ke Sariater” kata Maya.
Lain lagi dengan pasangan Belanda yang sedang berbulan madu di Indonesia, Alfred dan Samwah. Mereka berdua mengaku tea holic
dan sangat ingin mengetahui proses pengolahan teh. Oleh karena itu ia
sengaja memasukkan agenda berkunjung ke Ciater sebelum mengunjungi Bali
dan Lombok.
Menurut Zaenal selain 2 turis Belanda tadi, memang banyak turis Belanda yang berkunjung ke Ciater.
“Banyak turis Belanda itu biasanya buat
semacam nostalgia, atau melihat peninggalan nenek moyangnya di sini,”
kata Zaenal, yang sudah menjadi guide sejak 2006 silam.
Setelah selesai diajak berkeliling pabrik, pengunjung akan diajak untuk mencicipi teh produksi PTPN VIII di ruang tamu.
“Teh ini rasanya pas, tidak terlalu pahit. Di Belanda saya biasa minum teh seperti ini ditemani cokelat,” kata Samwah.
Pabrik teh Ciater dibuka untuk umum
setiap hari. Pengunjung akan dikenakan biaya sebesar Rp. 10.000,- untuk
wisatawan domestik dan Rp. 15.000,- untuk turis mancanegara. Harga
tersebut belum termasuk biaya untuk guide.
Lokasi pabrik teh Ciater dapat di akses
melalui jalan raya Subang – Bandung. Sekira 300 meter dari perempatan
Sariater ke arah selatan anda akan menemukan papan nama besar menuju
lokasi pabrik di sekitar pangkalan angkot Ciater.
Sumber