Tak
banyak orang yang tahu, bahwa Subang sebenarnya memiliki 3 buah Museum.
2 museum terletak di komplek Lanud Suryadarma, Kalijati sedangkan
museum lainnya terdapat tepat di jantung kota Subang.
Adalah Wisma Karya. Gedung yang menjadi
ikon kota Subang ini lenih dikenal sebagai tempat nongkrongya anak-anak
muda atau tempat bermain anak ketika sore hari. Padahal, di salah satu
bagian gedung tersebut difungsikan sebagai museum daerah. Meskipun mini
tetapi museum ini memiliki koleksi yang cukup “lengkap”. Artinya
meskipun koleksinya tidak terlalu banyak, akan tetapi kita bisa
menelusuri jejak sejarah di Kabupaten Subang mulai dari zaman pra
sejarah sampai zaman pasca kemerdekaan melalui koleksi yang ada.
Kehidupan Subang zaman puba, zaman prasejarah, hindu-budha, Islam,
penjajahan hingga pasca kemerdekaan dapat di telusuri melalui
peninggalan sejarah yang ada di museum ini.
Patung perunggu PW Hofland buatan tahun
1878 menjadi koleksi utama museum ini, patung “pemilik” Subang pada
zamannya itu, bersanding dengan patung seorang perempuan yang di bawah
kakinya tertera tahun pembuatannya 1875. Sekitar tahun 1833 PW Hofland
dikenal sebagai saudagar kopi, hingga berhasil membuat kontrak
perdagangan dengan pemerintah Hindia Belanda. Sekitar tahun 1840 Hofland
menjadi salah satu pemilik tanah P & T Lands. Pada tahun 1858
seluruh tanah partikelir P & T Lands menjadi miliknya yang
wilayahnya meliptui hamper seluruh wilayah Subang saat ini.
Museum yang terdapat di Kalijati adalah
museum Rumah Sejarah dan Amerta Dirgantara Mandala. Museum Rumah Sejarah
memiliki nilai historis yang tinggi bagi sejarah Indonesia. Di sanalah
350 tahun penjajahan Belanda di Indonesia berakhir. Hari itu, tepatnya
tanggal 8 Maret 1942 kekuasaan Belanda yang telah menguasai bumi pertiwi
selama 350 tahun berakhir begitu saja di sebuah rumah kecil di dalam
komplek Lanud Suryadharma Kalijati, Subang, Jawa Barat. Hari itu,
Belanda menyerahkan kekuasaannya di nusantara kepada Jepang yang baru
beberapa hari mendarat di Pulau Jawa. Peristiwa yang terjadi tak lebih
dari 10 menit itu menjadi hal yang memalukan bagi bangsa Belanda
sekaligus menjadi awal beralihnya penjajahan di Indonesia ke tangan
Jepang.
Sejak tanggal 21 Juli 1986, rumah
tersebut diresmikan sebagai museum dan kini lebih dikenal dengan sebutan
Rumah Sejarah. Di dalam ruang tamu di rumah berukuran 10 x 10 meter ini
terdapat sebuah meja kayu dengan alas kotak-kotak hitam putih dengan
delapan kursi kuno yang dahulu menjadi tempat perundingan. Masih di
dalam ruangan yang sama juga terdapat pula lukisan, foto–foto kuno,
pedang, jam dinding, dan benda-benda kuno lainnya termasuk sebuah
prasasti dari marmer sebagai peringatan pendaratan pasukan Jepang di
Pulau Jawa.
Pesawat Lock Heed L-12 yang merupakan koleksi pesawat kuno terbesar yang ada di museum Amerta Mandala, Lanud Suryadarma, Subang.
Pesawat Lock Heed L-12 yang merupakan koleksi pesawat kuno terbesar yang ada di museum Amerta Mandala, Lanud Suryadarma, Subang.
Di sudut lain di lanud Suryadarma
terdapat museum Amerta Dirgantara Mandala. Museum ini menempati hangar
kuno berusia 1 abad di Lanud Suryadarma. Dahulu gedung ini merupakan
salah satu hanggar utama yang digunakan untuk pesawat-pesawat tempur
Belanda. Kini, hampir 100 tahun kemudian hanggar tersebut masih menjadi
tempat parkir pesawat, namun sesuai umurnya yang sudah tua, pesawat yang
disimpan di sana juga berupa pesawat-pesawat kuno koleksi museum.
Museum ini diresmikan oleh Marsekal TNI Ashadi Tjahyadi pada tanggal 10
April 1982.
Koleksi pesawat yang terdapat di museum
tersebut diantaranya pesawat Lock Heed L-12, Gelatik PZL – 104, Cessna –
180, PIPER CUB L-4J, Grumman Goose G21A dan ada pula rudal sepanjang
10.9 meter. Rudal buatan Rusia ini dahulu dipersiapakan untuk kekuatan
TNI dalam operasi Trikora dan Dwikora.
Ruang Pamer Sejarah Pendidikan Penerbangan Indonesia
Ruang Pamer Sejarah Pendidikan Penerbangan Indonesia
Di dalam hanggar juga digunakan untuk
ruang pamer sejarah sekolah penerbangan di Indonesia. Hal ini untuk
mengenang Lanud Suryadarma yang merupakan sekolah penerbangan pertama di
Indonesia. Ditempat inilah kadet-kadet penerbang pertama Indonesia
dididik sejak 1 Agustus 1921. Berbagai foto dan memorabilia sejarah
penerbangan Indonesia disusun secara kronoligis di ruang pamer, sehingga
kita bisa dengan mudah menelusuri sejarah penerbangan Indonesia.
Museum Wisma Karya Buka Setiap Senin – Jumat (Jam Kerja)
Museum Rumah Sejarah & Amerta Dirgantara Mandala Buka Setiap Senin – Jumat (Jam Kerja)
Untuk kunjungan berombongan wajib mengirim surat resmi ke Lanud Suryadarma paling lambat seminggu sebelum kunjungan.
Museum Rumah Sejarah & Amerta Dirgantara Mandala Buka Setiap Senin – Jumat (Jam Kerja)
Untuk kunjungan berombongan wajib mengirim surat resmi ke Lanud Suryadarma paling lambat seminggu sebelum kunjungan.