Selasa, 21 Oktober 2014

Dimanfaatkan 4.000 Warga Desa Bobos dan Pangarengan


 Selasa, 21 Oktober 2014 10:00
Melihat Kondisi Jembatan Gantung Berusia 26 TahunInfrastruktur jalan dan jembatan di wilayah utara (Pantura) Subang masih perlu perhatian serius. Salahsatunya jembatan gantung yang menghubungkan Desa Bobos dengan Desa Pangarengan Kecamatan Legonkulon. Ada ribuan warga yang aktivitasnya tergantung jembatan tersebut. ...Meski jembatan gantung cukup kuat, tapi tidak bisa dilewati kendaraan roda empat. Sudah 26 tahun warga menggunakan jembatan gantung itu.DADAN RAMDAN, LegonkulonMenurut Kepala Desa Bobos Wara Rusmayanto, saat ditemui di kantornya, keberadaan jembatan tersebut sebagai penghubung antarkampung di Desa Bobos dan satu kampung di Desa Pangarengan. Dijelaskannya, ada empat kampung yang termasuk wilayah Desa Bobos yaitu Kampung Wanajaya, Padek, Kalimukti dan Pulosawah. Sedangkan satu kampung lagi yaitu Kampung Kalen Balong yang termasuk wilayah Desa Pangarengan juga memanfaatkan jembatan gantung tersebut yang melintas di atas Sungai Cipunagara.“Ada sekitar 4000-an warga di lima kampung itu yang memanfaatkan jembatan gantung ini. Satu lagi kampung Kalen Balong Desa Pangarengan, warga Kalen Balong lebih memilih untuk melintasi jembatan itu, kalau ingin ke Bobos atau Pamanukan, jaraknya lebih dekat,” katanya. Jembatan gantung yang melintas diatas Sungai Cipunagara itu dibangun sekitar tahun 1996 dan sudah mulai digunakan warga pada tahun 1998.Saat ini pihak Pemerintahan Desa menunjuk Ketua LPM Desa yaitu Uung R Agil untuk mengelola jembatan itu. Setiap warga yang melintas memberi sumbangan sukarela untuk perawatan jembatan, juga sebagai pendapatan asli desa. Desa menugaskan dua warga yaitu H Eman dan Udeh untuk menjaga jembatan itu, setiap dua minggu digilir.“Jadi setiap dua minggu sekali yang bertugas gantian, hasilnya disetor ke desa sebagai pendapatan asli desa untuk perawatan dan honor yang jaga,” ujarnya.Menurut Wara, dulu sebelum ada jembatan itu, alat penghubung antar kampung memakai perahu. Karena sering banjir dan air Sungai Cipunagara cukup deras, akhirnya tahun 1996 dibangun jembatan gantung.“Untuk perawatan biasa kita gunakan dana swadaya, tapi kalau rusaknya parah kita usulkan ke pemerintah Kabupaten dan Provinsi. Kalau diperbaharui lagi dibutuhkan anggaran sekitar Rp500 jutaan, kita pernah mengusulkan ke tingkat provinsi, tapi belum terealisasi,” tuturnya.Sementara Udeh, penjaga jembatan gantung itu mengaku pendapatan sehari-hari dari sumbangan sukarela warga tidak menentu. “Namanya juga sukarela tidak tentu, ya kisaran 50 hingga 100 ribu per harinya, uangnya kita setor ke pengelola,” ujarnya.Alas jembatan gantung sepanjang sekitar 80 meter itu terbuat dari kayu yang ditempelkan pada alas besi. Hanya bisa dilintasi kendaraan roda dua dan tiga serta pejalan kaki. Sudah terjadi kerusakan di beberapa bagian, namun tetap dilakukan perawatan rutin.(*/man)
[pasundanexpres]
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar